Sunday, April 14, 2013

Orang Tua Dan Masa Depan Anak Dalam Islam

Nabi Muhammad saw dalam salah satu hadis menganjurkan mewajibkan agar orang tua berlaku adil dalam mendidik anak. Bahkan kata-kata secara adil.diulanginya sampai tiga kali. Ajaran rasul tersebut merupakan jawaban terhadap struktur social dan cultural masyarakat arab sebelum kedatangan rasul yang diskriminatif terhadap perempuan. 

Pertanyaanya adalah, bagaimanakah pendidikan yang adil bagi anak? Kearah mana sang anak sebaiknya berkembang ? Siapa yang berperan dalam menangani pendidikan sang anak itu: ayah atau ibu? Kapan masa pengasuhan bagi anak dalam lingkungan keluarga? Adakah hak anak untuk menentukan sendiri tujuan dan proses pendidikanya? Jawaban atas pernyataan itu bisa ditelusuri mulai dari pengertian dasar mengenai pendidikan islam. 

Istilah yang biasa digunakan untuk menunjukkan pendidikan dalam islam adalah tarbiyah. Penjelasan yang umum terhadap istilah ini adalah pengasuhan dan pengajaran bagi anak-anak sehingga mencapai tingkat kedewasaan yang optimal. Dalam konsep islam setiap anak yang lahir dalam keadaan fitri yaitu potensi bawaan yang dibawa sejak lahir. Potensi tersebut meliputi potensi religious dan rasional (akal) . Proses pendidikan pada dasarnya membantu mengembangkan potensi yang dimiliki (fithrah) anak agar berkembang secara optimal, sehingga ia mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai khalifah dimuka bumi. 

Secara sederhana,  kualifikasi manusia yang mampu berperan sebagai “subjek” khalifah dimuka bumi adalah mereka yang memiliki komitmen iman (etika dan moral agama) dan menguasai ilmu dan teknologi untuk mengungkapkan hukum-hukum alam (sunnatullah) dalam rangka memakmurkan kehidupan dimuka bumi. Dalam al-Qur’an Allah berfirman:
Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman (laki-laki dan perempuan) di antara kamu dan mereka yang berilmu (laki-laki dan perempuan) beberapa derajat. (Qs.al-Mujadalah/58:11). Berdasarkan pemaparan ayat di atas terlihatlah betapa al-Qur’an telah mengingatkan setiap muslim dalam mendidik anak agar senantiasa memperhatikan aspek iman dan moral agama sebagai landasan sikap dan perilaku (kehambaan) serta aspek ilmu dan teknologi (kekhalifahan). Secara seimbang, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan. Kata”diangkat beberapa derajat” mengandung makna terbukanya struktur social bagi seseorang untuk melakukan mobilitas vertical (upward mobility) karena yang bersangkutan memiliki persyaratan yang diperlukan yaitu komitmen etika dan moral (iman) dan penguasaan iptek, tanpa membedakan laki-laki atau perempuan. 

Pesan hadis Rasulullah saw agar berbuat adil terhadap anak-anak menunjukkan betapa kuatnya pesan-pesan kesetaraan, persamaan hak, menghindari sikap diskriminasi atas dasar jender, sesuai dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat maju. Atas dasar persamaan dan kesetaraan tersebut, maka anak laki-laki sebaiknya tidak hanya diarahkan kepada pendidikan yang sifatnya “maskulin”. Dalam sistem pendidikan formal anak laki-laki diberi kesempatan memasuki sekolah-sekolah yang selama ini hanya terbatas perempuan, sebaliknya perempuan juga diberikan kesempatan untuk memasuki pendidikan yang selama ini terbatas untuk pria. Dengan upaya demikian diharapkan terjadi keseimbangan antara pendidikan “olah rasio” dengan pendidikan “olah rasa”, baik dikalangan anak laki-laki maupun perempuan Dalam salah satu hadisnya Rasulullah saw menekankan perlakuan “adil” agar perempuan lebih diperhatikan.

Samakanlah antara anak-anakmu dalam pemberian (termasuk pemberian pendidikan). Jika kamu hendak melebihkan salah seorang diantara mereka, maka lebihkanlah pemberian itu kepada anak-anak perempuan. (H.r.Thabrani). Perlakuan adil orang tua terhadap anak-anaknya dalam pendidikan, berarti terbukanya kesempatan anak untuk mendialogkan jenis dan program pendidikan yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat masing-masing. Artinya sebaiknya secara demokratis setiap anak berkesempatan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kultur yang berkembang selama ini orang tua memiliki kekuasaan

1 comment:

  1. Aneh, nyeleneh, sesat, laki-laki disamakan dengan perempuan. Ini jelas penganut aliran setan kesetaraan jender, perusak akidah !!!

    ReplyDelete