Penanaman
nilai-nilai keimanan, moral agama atau akhlak serta pembentukan sikap dan
perilaku anak merupakan proses yang sering menghadapi berbagai hambatan dan
tantangan. Terkadang anak-anak merasa jenuh, malas, tidak tertarik terhadap apa
yang diajarkan, bahkan mungkin menentang dan membangkang. Orang tua sebaiknya
memberikan perhatian, melakukan dialog, dan berusaha memahami persoalan-persoalan
yang dihadapi anak. Apalagi anak yang tengah memasuki fase kanak-kanak akhir,
usia antara 6-12 tahun mereka mulai berpikir logis, kritis, membandingkan apa
yang ada dirumah dengan mereka lihat diluar, nilai-nilai moral selama
yang selama ini ditanamkan secara “absolut ” mulai
dianggap relatif, dan seterusnya. Orang tua diharapkan mampu menjelaskan,
memberikan pemahaman yang sesuai dengan tingkat berpikir mereka.
Alangkah
indahnya seandainya orang tua dapat menuturkan kembali bagaimana Luqman
menasihati anaknya secara bijaksana dan lemah lembut, seperti diuraikan dalam
al-Qur’an surah Luqman/31:13-17:Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada
anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar
kezaliman yang besar Dan
kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu-bapakmu. Hanya
kepadakulah kembalimu. Dan jika memaksamu untuk menyekutukan dengan aku sesuatu
yang kamu tidak tahu sama sekali, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
bergaullah kamu dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang
yang kembali kepadaku, hanya kepadakulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu
apa yang telah kamu kerjakan.
Nasihat-nasihat
dalam bentuk kisah rasul, sahabat, orang-orang yang beriman maupun yang durhaka
kepada tuhan, cukup baik dan sering lebih berkesan. Contoh, bagaimana hubungan
nabi nuh dengan anaknya, Nabi Ibrahim dengan bapaknya, Nabi Luth dengan
istrinya, dan lain-lain. Demikian pula cerita-cerita yang lain tentang
kepahlawanan, kejujuran dan keberanian. Beberapa hadis rasulullah saw
menceritakan kisah-kisah Israiliyat yang mengandung I’tibar atau pesan-pesan
moral, seperti kisah kejujuran dan rasa terima kasih kepada Tuhan, kisah orang
yang teguh memegang janji, atau kisah Siti Hajar dan ismail. Pengasuhan
anak oleh orang tua menurut pesan rasul sebaiknya dilakukan dengan berbagai
bentuk permainan yang positif. Orang tua dapat membangun kedekatan hubungan
dengan anak dan secara bersamaan merangsang perkembangan potensi fisik dan non
fisiknya. Permainan itu sendiri bukanlah akhir dari tujuan pengasuhan,
melainkan hanya pendekatan agar anak memiliki gairah dalam mengikuti proses
pengasuhan menuju kepribadian yang saleh.
Betapapun,
anak adalah bagian dari anak manusia yang oleh Allah diberi mandate untuk
melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan di muka bumi. Untuk melaksanakan tugas
dan peran yang harus dimainkan, Allah swt membekali manusia dengan potensi
kehambaan dan kekhalifahan. Potensi kehambaan antara lain kebutuhan untuk
mengabdi, menyembah dan memasrahkan diri (tawakal) kepada Allah swt Sang
Pencipta.
Sementara potensi kekhalifahan
antara lain keinginan untuk mengembangkan potensi akal (rasio) dan daya nalar
untuk memahami fenomena alam (potensi dan keteraturan-keteraturan yang ada)
serta berupaya agar semua potensi alam yang ada dapat dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia sesuai dengan pesan-pesan moral agama. Pengasuhan
anak dalam keluarga diharapkan dapat menggapai harapan dan tujuan ini.
Siapakah yang dimaksud anak
saleh itu? Tentunya masing-masing keluarga memiliki cara sendiri untuk mencapai
cita-cita kesalehan itu.
No comments:
Post a Comment