Sunday, April 28, 2013

Cara Pendidikan Anak Melalui Pemberian Dalam Islam

Penghargaan atau hukuman menanamkan nilai-nilai moral keagamaan, sikap dan perilaku juga memerlukan pendekatan atau metode dengan memiliki penghargaan (hadiah) atau hukuman. Penghargaan perlu diberikan kepada anak yang memang harus diberikan penghargaan karena prestasinya dan berkelakuan baik. Metode ini secara tidak langsung juga menanamkan etika perlunya menghargai orang lain. Sebagai contoh, orang tua akan lebih arif jika anaknya (perempuan atau laki-laki) yang membantu dirumah diucapkan “terima kasih”, pembantu yang menyediakan air atau makanan diucapkan terima kasih, juga istri yang menyiapkan masakan, atau sarapan apapun bentuknya, diucapkan terima kasih.

Penghargaan juga perlu diberikan kepada anak (kecil atau belum balig) yang berpuasa ramadhan atau shalat tarawih. Semakin banyak puasa dan shalat tarawihnya, semakin banyak hadiah yang diberikan. Tetapi sebaliknya, anak yang tidak berpuasa dan tarawih harus ditegur dan diberi hukuman, bila perlu diberikan sanksi sesuai dengan tingkat usianya. Rasulullah saw berpesan agar orang tua menyuruh anaknya shalat pada usia 7 tahun, dan bila sampai usia 10 tahun masih belum juga shalat, hendaknya diberikan hukuman berupa peringatan keras “pukullah”. Muruu aulaadakum bissolaati wahum abnaau sab’I siniina wadhribuuhum a’laihaa wahum abnaau a’syrin wafarrikuu bainahum pilmadooji’I (rowahu alhakim wa abu dawud) yang artinya: Suruhlah anak-anakmu (prempuan dan laki-laki) menjalankan shalat jika mereka sudah berusia 7 tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakanya dan pisahkanlah tempat tidur mereka. (H.r.al-Hakim dan Abu Daud).

Pendidikan melalui pembiasaan
Pengasuhan dan pendidikan dilingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai moral keagamaan, pembentukan sikap dan perilaku yang diperlukan agar anak-anak mampu mengembangkan dirinya secara optimal. Penanaman nilai-nilai moral agama ada baiknya diawali dengan pengenalan symbol-simbol agama, tata cara ibadah (shalat), bacaan al-quran, doa-doa dan seterusnya. Orang tua diharapkan membiasakan diri melaksanakan shalat, membaca al-Quran, dan mengucapkan kalimah thayyibah.Pada shalat berjamaah anak-anak belajar, mengenal dan mengamati bagaimana membacanya, bagaimana menjadi makmum, imam, muazin, iqamat, salam dan seterusnya. 

Karena dilakukan setiap hari, anak-anak mengalami proses internalisasi, pembiasaan dan akhirnya menjadi bagian dari hidupnya. Ketika shalat telah terbiasa dan menjadi bagian dalam hidupnya, maka dimanapun mereka berada ibadah shalat tidak akan ditinggalkan. Kalau tidak shalat mereka merasakan ada sesuatu yang hilang dan merasa bersalah. Bagi dia, orang yang meninggalkan shalat adalah orang yang tidak tahu berterima kasih kepada tuhan sang pencipta.

Karenanya Al-Qur’an menegaskan perintah melaksanakan ibadah salat: wa’mur ahlaka bissolaati wastobir a’laihaa Artinya: Dan perintahkanlah kepada keluargamu (istri/suami dan anak-anakmu) mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakanya. (Q.s.Thaha/20” 132). Dalam hadis rasulullah saw menganjurkan untuk membiasakan salat (berjamaah) dan membaca al-Qur’an dirumah sebagai bagian dari usaha mengkondisikan lingkungan pendidikan keluarga.

Penddikan dengan keteladanan
Anak-anak khususnya pada usia dini selalu meniru apa yang dilakukan oleh orang di sekitarnya. Apa yang dilakukan orang tua akan ditiru dan diikuti anak. Untuk menanamkan nilai-nilai agama, termasuk pengalaman agama, terlebih dahulu orang tua harus salat, bila perlu berjamaah. Untuk mengajak anak membaca Al-Qur’an terlebih dahulu orang tua membaca Al-Qur’an. Metode keteladanan memerlukan sosok pribadi yang secara visual dapat dilihat, diamati, dan dirasakan sendiri oleh anak, sehingga mereka ingin menirunya.Kalau orang tua akan mengajarkan cara makan yang baik, maka dapat melalui makan bersama Anak.

Bagaimana Berhubungan Dengan Anak Secara Islam

Hubungan Keluarga
Bisa dikatakan bahwa anak-anak yang tidak memperoleh cukup perlindungan dari keluarga akan mengalami keterbelakangan ketika berkomunikasi dengan teman-temanya. Agar anak-anak dapat berbicara dengan baik, ada beberapa hal yang Orang tua harus perhatikan pada anaknya: 
  1. Mengekang anak merupakan kesalahan. Karena itu, Berilah anak-anak kelapangan waktu kesempatan untuk bermain-main dengan teman-temanya
  2. Seorang ibu harus menciptakan komunikasi yang baik pada anaknya terutama pada tahap-tahap perkembangan pada anak peran orang tua sangatlah penting bagi kehidupanya. Termasuk didalamnya adalah memeriksa kondisi kesehatan anak.
  3. Biarkan anak-anak mengekspresikan emosinya agar mereka terhindar dari gangguan dalam berbicara pada orang lain, contohnya berbicara gagap.
      Nasihat untuk orang tua
Selain itu, tindak ketidak adilan bagi anak dalam memperlakukan anak Mengandung berbagai pengaruh negatif dalam proses perkembangan pribadi anak berikut ini ada beberapa akibat yang muncul karena ketidak adilan tersebut.

Kecemburuan
Kecemburuan merupakan rasa cinta, kasih sayang, benci, dan khawatir. Gejala-gejala psikologis tersebut mendorong anak untuk melampiaskanya, baik langsung maupun tidak langsung bisa saja akibat cemburu seorang anak melakukan tindakan agresif dan perlawanan contonya, dia berani memukul saudara kandungnya karena tidak adil dalam pembagian makanan, atau warna baju yang dibelikan orang tua tidak sama dengan warna baju saudaranya atau model bajunya terkadang membuat anak tidak mau makan karena hal tersebut seperti cuek, progresif berupa berkelahi, marah jika dinasihati, atau berusaha mengalahkan saingan untuk merebut perhatian orang tua. Pelampiasan lain yang terjadi pada anak adalah mengompol, mengisap jempol, menyembunyikan diri, atau sering mimpi yang histeris seperti mengigau dalam tidur dan berteriak. Dengan demikian, kecemburuan mendorong lahirnya sifat kedengkian dan perselisihan terus-menerus antar anak. Dan jika berlanjut, hal itu akan dapat memutuskan hubungan persaudaraan ketika mereka sudah dewasa kelak.

Kebencian
Akibat perlakuan yang tidak adil, anak-anak akan membenci orang yang dia belum kenal pada orang tersebut bahkan orang yang sudah dikenalnya pun dapat dibencinya karena merasa perlakuan yang tidak adil bagi anak tersebut dan seriringnya waktu dapat berdampak yang kurang baik pada kepribadian anak tersebut, dan dia merasa bahwa hidupnya diasingkan, dan beda-bedakan dengan saudaranya yang kandung

Perasaan Takut
Rasa takut merupakan rasa manusiawi yang dirasakan pada manusia dan semua makhluk Allah yang hidup didunia ini seperti halnya keinginan untuk minum, makan, buang hajat, tidur, marah, cemburu, superioritas, tertawa, berkuasa, keibuan, seksual dan sebagainya. Biasanya ketakutan muncul ketika manusia merasa dirinya terancam, misalnya akibat terkejut, kezhaliman, kepedihan, atau ketiba-tibaan. Kadang-kadang rasa takut mendorong manusia untuk mundur dan menarik diri karena dia merasa akan kalah atau menyepelekan dirinya sendiri. Rasa takut pun dapat berkembang menjadi rasa malu, canggung, khawatir, dan cemas. Rasa takut akan berpuncak dalam kecemasan.

Rasa takut pada anak lebih banyak disebabkan oleh sesuatu yang tampak dan dapat dilihatnya, apalagi jika hal itu disertai dengan sesuatu yang menyebabkanya merasa sakit. Misalnya anak-anak takut ketika melihat dokter, karena dokter suka menyakiti tubuhnya ketika menyuntik. Rasa takut pun terjadi akibat pengaruh yang tidak terjangkau oleh pikiran dan logika anak yang dapat saja berupa bayangan atau khayalan yang menakutkan, peristiwa yang menakutkan, binatang dan lain-lain. Dengan kata lain ketakutan berhubungan dengan tingkat imajinasi anak, Biasanya perasaan seperti itu muncul secara ilmiah. 

Bagaimana Mendidik Anak Secara Islam

Anda pernah mendengar bahwa orang tua harus tenang dan bertindak dalam mendisiplinkan anak-anak mereka. tetapi kenyataannya, Anda mungkin tidak dapat tetap tenang dan bereaksi segera untuk saling berinteraksi dengan anak. Maka dengan itu berikanlah waktu untuk saling menenangkan diri sebelum Anda berurusan dengan situasi dan kejadian sehari-hari pada anak anda. Anda dapat memberitahukan pada anak anda, saya butuh belajar untuk menghargai waktu untuk mencari tahu apa yang saya lakukan tentang hal itu. Ketika emosi anda di goda, mencontohkan dan memberikan empati bagi anak Anda terlebih dahulu, dan kemudian memberikan konsekuensi. Empati memberikan kepada anak Anda untuk menghubungkan perilaku ke dalam hidupnya. Anda tidak perlu marah pada anda, tidak perlu berteriak dan marah. Karena hal ini hanya dapat memungkinkan menjadi masalah bagi kehidupan mereka dalam keseharianya.

Ini sebuah contoh dalam permainan matematika untuk grup yang lebih besar. Ide pokoknya adalah untuk menunjukkan bahwa permainan matematika untuk anak-anak tidak harus dilakukan dengan duduk manis di meja dengan pensil di tangan. Permainan ini juga dapat dilakukan di luar ruangan dan menggunakan sebuah keset kaki, di halaman luar dan masing-masing anak berpasang-pasangan. Salah satu anak dari setiap grup menggunakan penutup mata. sedangkan teman lainnya akan memberikan petunjuk arah jalan pada pasangannya.

untuk anak-anak yang memakai penutup mata agar mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan sehingga dia sampai ke tujuan akhir pada keset kaki yang disediakan. Rahasianya adalah anak yang memberi petunjuk hanya boleh memberi petunjuk-petunjuk angka dan hanya boleh menggunakan angka-angka seperti berapa langkah kaki, dan kata-kata maju, mundur, ke kanan, atau ke kiri. Anda dapat memberi rintangan-rintangan seperti bola pantai sehingga mereka harus melakukan untuk sampai ke tujuan akhir keset kaki.

Anak-anak harus memberi petunjuk dan tetap di tempatnya pada saat memberikan petunjuk. Pastikan permainan ini diawasi oleh orang dewasa yang dapat mengontrol anak-anak agar  tidak bertabrakan satu sama lainnya dan dapat berbahaya pada anak. Bahasa adalah kemampuan yang sebaiknya mengalir, bukan dipaksakan. Boleh saja sesekali Anda meminta anak mengatakan “minta tolong” atau “terima kasih”. Selalu mengulang meminta anak mengatakan “Boleh saya pinjam” sebagai syarat memberikan sesuatu, akan membuat anak merasa bosan. Anda meminta anak mengatakan “minta tolong”, sebaiknya sekedar katakan saja dengan perkataan yang benar. Dan pastikan mereka mendengar kalimat yang Anda ucapkan. Kebiasaan ini akan lebih cepat ditangkap jika Anda memberikan permintaan dengan kalimat-kalimat yang halus dan sambil senyum lebar di wajah orangtua. Ajarkan balita berusia 2 tahun anda untuk mengatakan “minta tolong” dan terima kasih sejak dini.

balita akan mengartikan kata “minta tolong” sebagai cara yang tepat mendapatkan yang diinginkanya. Begitu pula, kata “terima kasih” adalah cara mengakhiri interaksi dengan baik. sebagai kebiasaan berikan kosakata yang baik bagi anak. dan mereka akan terbiasa dengan pemahaman, membuat orang lain merasa senang juga penting ketika mereka saling berinteraksi. orangtua juga harus memulai lebih dulu dengan kebiasaan baik ini. Bahkan ketika anak belum paham arti kata ini, sebaiknya mereka terbiasa mendengar mama  atau ayah, kerap mengatakan ini. Anak-anak  memang akan menirukan apa yang diucapkan orangtuanya kebiasaan ini, namun kebiasaan ini baik ditanamkan jauh-jauh hari agar mereka belum benar-benar mengerti arti sesungguhnya.

Cara Mengajarkan Etika Pada Anak Dalam Islam


Anda pernah mendengar bahwa orang tua harus tenang dan bertindak dalam mendisiplinkan anak-anak mereka. tetapi kenyataannya, Anda mungkin tidak dapat tetap tenang dan bereaksi segera untuk saling berinteraksi dengan anak. Maka dengan itu berikanlah waktu untuk saling menenangkan diri sebelum Anda berurusan dengan situasi dan kejadian sehari-hari pada anak anda. Anda dapat memberitahukan pada anak anda, saya butuh belajar untuk menghargai waktu untuk mencari tahu apa yang saya lakukan tentang hal itu.
 
Ketika emosi anda di goda, mencontohkan dan memberikan empati bagi anak Anda terlebih dahulu, dan kemudian memberikan konsekuensi. Empati memberikan kepada anak Anda untuk menghubungkan perilaku ke dalam hidupnya. Anda tidak perlu marah pada anda, tidak perlu berteriak dan marah. Karena hal ini hanya dapat memungkinkan menjadi masalah bagi kehidupan mereka dalam keseharianya.

Ini sebuah contoh dalam permainan matematika untuk grup yang lebih besar. Ide pokoknya adalah untuk menunjukkan bahwa permainan matematika untuk anak-anak tidak harus dilakukan dengan duduk manis di meja dengan pensil di tangan. Permainan ini juga dapat dilakukan di luar ruangan dan menggunakan sebuah keset kaki, di halaman luar dan masing-masing anak berpasang-pasangan. Salah satu anak dari setiap grup menggunakan penutup mata. sedangkan teman lainnya akan memberikan petunjuk arah jalan pada pasangannya. 

Anak-anak yang memakai penutup mata agar mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan sehingga dia sampai ke tujuan akhir pada keset kaki yang disediakan. Rahasianya adalah anak yang memberi petunjuk hanya boleh memberi petunjuk-petunjuk angka dan hanya boleh menggunakan angka-angka seperti berapa langkah kaki, dan kata-kata maju, mundur, ke kanan, atau ke kiri. Anda dapat memberi rintangan-rintangan seperti bola pantai sehingga mereka harus melakukan untuk sampai ke tujuan akhir keset kaki. 

Anak-anak harus memberi petunjuk dan tetap di tempatnya pada saat memberikan petunjuk. Pastikan permainan ini diawasi oleh orang dewasa yang dapat mengontrol anak-anak agar  tidak bertabrakan satu sama lainnya dan dapat berbahaya pada anak. Bahasa adalah kemampuan yang sebaiknya mengalir, bukan dipaksakan. Boleh saja sesekali Anda meminta anak mengatakan “minta tolong” atau “terima kasih”. Selalu mengulang meminta anak mengatakan “Boleh saya pinjam” sebagai syarat memberikan sesuatu, akan membuat anak merasa bosan. Anda meminta anak mengatakan “minta tolong”, sebaiknya sekedar katakan saja dengan perkataan yang benar. Dan pastikan mereka mendengar kalimat yang Anda ucapkan. Kebiasaan ini akan lebih cepat ditangkap jika Anda memberikan permintaan dengan kalimat-kalimat yang halus dan sambil senyum lebar di wajah orangtua. Ajarkan balita berusia 2 tahun anda untuk mengatakan “minta tolong” dan terima kasih sejak dini.

balita akan mengartikan kata “minta tolong” sebagai cara yang tepat mendapatkan yang diinginkanya. Begitu pula, kata “terima kasih” adalah cara mengakhiri interaksi dengan baik. sebagai kebiasaan berikan kosakata yang baik bagi anak. dan mereka akan terbiasa dengan pemahaman, membuat orang lain merasa senang juga penting ketika mereka saling berinteraksi. orangtua juga harus memulai lebih dulu dengan kebiasaan baik ini.
Bahkan ketika anak belum paham arti kata ini, sebaiknya mereka terbiasa mendengar mama  atau ayah, kerap mengatakan ini. Anak-anak  memang akan menirukan apa yang diucapkan orangtuanya kebiasaan ini, namun kebiasaan ini baik ditanamkan jauh-jauh hari agar mereka belum benar-benar mengerti arti sesungguhnya.

Bagaimana Cara Mendidik Anak Melalui Nasihat Dan Dialog Dalam Islam

Penanaman nilai-nilai keimanan, moral agama atau akhlak serta pembentukan sikap dan perilaku anak merupakan proses yang sering menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Terkadang anak-anak merasa jenuh, malas, tidak tertarik terhadap apa yang diajarkan, bahkan mungkin menentang dan membangkang. Orang tua sebaiknya memberikan perhatian, melakukan dialog, dan berusaha memahami persoalan-persoalan yang dihadapi anak. Apalagi anak yang tengah memasuki fase kanak-kanak akhir, usia antara 6-12 tahun mereka mulai berpikir logis, kritis, membandingkan apa yang ada dirumah dengan mereka lihat diluar,  nilai-nilai moral selama yang selama ini ditanamkan secara “absolut ” mulai dianggap relatif, dan seterusnya. Orang tua diharapkan mampu menjelaskan, memberikan pemahaman yang sesuai dengan tingkat berpikir mereka.

 Alangkah indahnya seandainya orang tua dapat menuturkan kembali bagaimana Luqman menasihati anaknya secara bijaksana dan lemah lembut, seperti diuraikan dalam al-Qur’an surah Luqman/31:13-17:Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya, “Hai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar Dan kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu-bapakmu. Hanya kepadakulah kembalimu. Dan jika memaksamu untuk menyekutukan dengan aku sesuatu yang kamu tidak tahu sama sekali, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan bergaullah kamu dengan keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaku, hanya kepadakulah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Nasihat-nasihat dalam bentuk kisah rasul, sahabat, orang-orang yang beriman maupun yang durhaka kepada tuhan, cukup baik dan sering lebih berkesan. Contoh, bagaimana hubungan nabi nuh dengan anaknya, Nabi Ibrahim dengan bapaknya, Nabi Luth dengan istrinya, dan lain-lain. Demikian pula cerita-cerita yang lain tentang kepahlawanan, kejujuran dan keberanian. Beberapa hadis rasulullah saw menceritakan kisah-kisah Israiliyat yang mengandung I’tibar atau pesan-pesan moral, seperti kisah kejujuran dan rasa terima kasih kepada Tuhan, kisah orang yang teguh memegang janji, atau kisah Siti Hajar dan ismail. Pengasuhan anak oleh orang tua menurut pesan rasul sebaiknya dilakukan dengan berbagai bentuk permainan yang positif. Orang tua dapat membangun kedekatan hubungan dengan anak dan secara bersamaan merangsang perkembangan potensi fisik dan non fisiknya. Permainan itu sendiri bukanlah akhir dari tujuan pengasuhan, melainkan hanya pendekatan agar anak memiliki gairah dalam mengikuti proses pengasuhan menuju kepribadian yang saleh.

Betapapun, anak adalah bagian dari anak manusia yang oleh Allah diberi mandate untuk melaksanakan tugas-tugas kekhalifahan di muka bumi. Untuk melaksanakan tugas dan peran yang harus dimainkan, Allah swt membekali manusia dengan potensi kehambaan dan kekhalifahan. Potensi kehambaan antara lain kebutuhan untuk mengabdi, menyembah dan memasrahkan diri (tawakal) kepada Allah swt Sang Pencipta.
Sementara potensi kekhalifahan antara lain keinginan untuk mengembangkan potensi akal (rasio) dan daya nalar untuk memahami fenomena alam (potensi dan keteraturan-keteraturan yang ada) serta berupaya agar semua potensi alam yang ada dapat dimanfaatkan bagi kehidupan manusia sesuai dengan pesan-pesan moral agama. Pengasuhan anak dalam keluarga diharapkan dapat menggapai harapan dan tujuan ini.
Siapakah yang dimaksud anak saleh itu? Tentunya masing-masing keluarga memiliki cara sendiri untuk mencapai cita-cita kesalehan itu.